Kenali Gangguan Sensoris pada Anak

- Apakah anak Anda bereaksi berlebihan terhadap suara keras, menghindari tekstur tertentu, tampak gerakan tidak terkoordinasi, atau hanya tampak kurangnya pengendalian diri? Jika demikian, ia mungkin mengalami beberapa jenis gangguan sensorik.
Semua anak-anak biasanya menjalani berbagai masalah sensorik sambil menjelajahi dan berinteraksi dalam lingkungan mereka. Ternyata gangguan sensoris pada anak sering disertai gangguan perilaku lainnya seperti anak sangat aktif tidak bisa diam, emosi tinggi, gangguan konsentrasi, gangguan oral motor (gangguan mengunyah menelan atau gangguan bicara), gangguan tidur malam dan gangguan belajar. Gangguan sensoris sering terjadi pada penderita Sensory Prossecing Disorders, Autism, ADHD dan penderita alergi atau hipersensitif saluran cerna. Namun sebagian anak normal juga mengalami gangguan sensoris tersebut.

Sebagian anak dengan gangguan sensoris sangat sensitif terhadap rangsang suara tertentu, perabaan dan sensitif terhadap suara frekuensi tinggi, cahaya atau mudah silau, perabaan telapak kaki dan tangan sensitif jalan jinjit, mudah geli, mudah jijik, tidak suka memegang bulu, boneka dan binatang berbulu. Pada beberapa anak, merasa tidak nyaman bila memakai kaos yang ada label atau merek kaos di punggung atas sehingga sering minta dilepas atau sering dipegang.
Rasa perabaan sensoris kaki sangat sensitif bila lantai kotor sedikit atau berpasir sering geli dan harus pakai sandal, biasanya bila berjalan tidak menapak baik sehingga sering jalan tidak sempurna jalan jinjit, miring, kaki O atau X, sandal atau sepatu seringkali ausnya tidak rata atau tidak seimbang kiri kanan.

Gangguan sensorik memiliki banyak penyebab dan digabungkan dalam banyak diagnosa medis lainnya. Pada penderita Autisme, ADHD, dan Delay Pervasive Developmental gangguan sensorik memainkan peran penting. Identifikasi dini sering menyebabkan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk individu yang bersangkutan.

Gangguan sensorik dapat mempengaruhi satu, beberapa, atau semua indera fisik. Ada 7 kategori yang meliputi fungsi sensorik kita. Kelompok-kelompok ini adalah: taktil (sentuhan), auditori (pendengaran), visual (penglihatan), rasa, pencium (bau), vestibular (gerakan dan gravitasi), dan proprioseptif (kesadaran tubuh, otot, dan sendi). Kebanyakan orang mengalami gangguan sensorik baik hipersensitif (lebih dirangsang) atau sensitif hipo (di bawah dirangsang). Bila salah satu rasa mengalami gangguan maka dapat mempengaruhi beberapa fungsi tubuh lainnya. Jika satu atau lebih indera terganggu, pesan sensorik yang dikirim ke otak tidak benar. Pesan-pesan ini menjadi kacau, menyebabkan individu menderita untuk memahami lingkungan mereka dengan cara yang berbeda. Realitas disalahtafsirkan, menyebabkan penilaian yang salah.

Tanda dan gerjala 3 gangguan sensoris


- Perabaan : Menghindari sentuhan, nyeri toleransi yang tinggi, koordinasi yang buruk, membersihkan tangan atau bagian tubuh lainnya sering, tidak suka dandan (menyikat gigi atau rambut, dll), menempatkan tangan atau jari di mulut sering, terus bergerak , berjalan berat atau pada jari kaki, menghindari tekstur tertentu dalam makanan, pakaian, atau bahan lainnya, dan pakaian tidak suka memakai, tag pakaian, kaus kaki, atau sepatu. Jalan jinjit atau sering membersihkan kaki dari kotoran atau saat berjalan di tanah sering harus memakai sandal.

- Auditori : Sangat sensitif terhadap suara dengan frekuensi tertentu seperti suara gergaji listrik, suara blender, suara bayi menangis atau suara melengking lainnya. Penderita juga sangat sensitif dan sanagat bereaksi terhadap suara keras, mudah marah atau tampaknya mengabaikan orang lain, sering menutup telinga, berulang bersenandung atau menyanyi untuk diri, menghindar kelompok besar orang, mendengarkan TV, radio, dll, pada volume tidak wajar tinggi, terganggu oleh keributan lingkungan, hambatan berbicara, merobek atau kertas berkerut atau barang-barang seperti lainnya, dan ingin mengabaikan suara orang lain.

- Visual :
Mudah silau atau tidak nyaman dengan sinar matahari atau lampu yang terang. Ditandai dengan gangguan pandangan, Saar memandang mainan, buku, dll haris didekatkan ke wajah, posisi objek dalam baris, membuka dan menutup berulang pintu atau laci, terus balik lampu dan mematikan, terpesona oleh benda mengkilat atau reflektif (cermin, kaca, dll), gosok sering atau menyipitkan mata dari mata, gelisah dengan gerakan terdekat di lingkungan, keengganan atau berolahraga hati-hati kadung saat berpindah antara berbagai jenis penutup lantai, dan tampaknya terlalu sensitif terhadap cahaya.

Gangguan Sensoris biasanya disertai gangguan lain seperti:

- Susunan safar pusat : sakit kepala, migren, TICS (gerakan mata sering berkedip), kejang nonspesifik (kejang tanpa demam dan EEG normal).
- Gerakan motorik berlebihan pada bayi
: Mata sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Pada Anak lebih besar : Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”). ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
- Gangguan tidur : Pada bayi : malam sering terbangun sering dikira haus atau sering dikira ASI ibu kurang sehingga minum ASI berlebihan, akibatnya BB anak naik berlebihan karena terlalu banyak minum. Pada anak dan dewasa : sulit untuk memulai tidur malam atau tidur larut malam, tidur bolak-balik dari ujung ke ujung tempat tidur, berbicara ,tertawa, berteriak atau berjalan saat tidur, mendadak terbangun duduk saat tidur kemudian tidur lagi, mimpi buruk, “beradu gigi” atau gigi gemeretak atau bruxism.
- Agresif meningkat pada bayi : sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (seperti “gemes”). Pada anak lebih besar : mudah memukul, menggigit, mencubit. Pada dewasa : mudah memukul atau menampar orang lain, berlaku kasar terhadap anak , istri atau suami.
- Gangguan konsentrasi :
cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antre, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS. Pada dewasa : mudah lupa (short memory lost), sering lupa meletakkan kunci, lupa nama teman tetapi memori lama kuat.
- Emosi tinggi :
mudah marah, sering berteriak, mengamuk, tantrum, keras kepala, negatifisme dan mudah menyangkal (deny) sangat tinggi.
- Depresi dan mudah cemas : mudah marah, sedih berlebihan, mudah tersinggung, sering kesepian, mudah menangis meski masalahnya ringan
- Gangguan keseimbangan koordinasi dan motorik : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak,
- Gangguan oral motor : terlambat bicara, bicara terburu-buru, cadel, gagap. Gangguan mengunyah menelan: , seringkali pilih bila makan hanya suka makan krispi, kerupuk atau yang renyah (sayur hanya wortel, brokoli, kentang, bayam). Tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur tertentu, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi. pada dewasa seringkali makan sangat cepat tanpa dikunyah.
- Impulsif : banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain, bila bicara sangat cepat banyak dan sulit berhenti. Menangis dan tertawa berubah bergantian dengan cepat.

Cermati tanda dan gejala gangguan saluran cerna pada penderita alergi yang menyertai penderita gangguan sensoris
Pada penderita gangguan sensoris sering disertai gangguan hipersensitif saluran cerna atau alergi saluran cerna. Gangguan saluran cerna sebagai sindrom atau kesatuan gangguan alergi asma, rinitis, dermatitis dan gangguan alergi lainnya.

Penderita alergi biasanya tidak hanya mengalami satu gejala saja, misalnya asma, hidung, dermatitis (alergi kulit) atau hanya saluran cerna. Penderita alergi biasanya terganggu beberapa organ tubuhnya khususnya saluran cernanya secara bersamaan meski dalam bentuk ringan. Tetapi sayang dalam praktek sehari-hari untuk menilai gangguan alergi sebagian dokter seringkali hanya memandang satu keluhan saja dalam penanganan sebuah penyakit. Misalnya dokter kulit hanya melihat gangguan dermatitis padahal saluran cernanya bermasalah juga karena alergi.
Sedangkan dokter ahli pernapasan atau paru hanya memandang asma sebagai masalah utama, padahal penderita asma juga sering mengalami gangguan saluran cerna seperti gastrooesephageal refluks, mual atau nyeri perut. Demikian juga ahli THT hanya melihat gangguan sinusitis yang dipicu alergi, tetapi tidak melihat keluhan sensitif saluran cerna. Sebaliknya, dokter ahli saluran cerna hanya melihat keluhan saluran cerna tersendiri padahal keluhan asma, rinitis dan dermatitis yang menyertai adalah termasuk kesatuan dalam gangguan penyakit itu.

Alergi makanan harus dicurigai sebagai penyebab gangguan manifestasi alergi selama ini bila terdapat gangguan saluran cerna. Tetapi sayangnya gangguan saluran cerna tersebut sangat ringan dan dianggap biasa sehingga lepas dari pengamatan penderita ataupun bahkan seorang dokter ahli. Bila hal ini terjadi maka seringkali terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab alergi. Sehingga sering overdiagnosis, bahwa penyebab alergi adalah debu dan udara dingin, padahal alergi makanan sangat mungkin berperanan penting.

Gangguan saluran cerna yang terjadi adalah :
-  Pada Bayi : bayi mengalami gastrooesepageal refluks, sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis atau hidrokel. Air liur berlebihan. Lidah atau mulut sering timbul putih, bibir kering dan kadang kehitaman sebagian

-  Pada Anak dan Dewasa : Pada usia anak keluhan muntah semakin berkurang tetapi masih sering mengalami mudah muntah bila menangis, berlari atau makan banyak atau bila naik kendaran bermotor, pesawat atau kapal. Sering mengalami mual terutama pagi hari bila hendak gosok gigi atau sedang disuap makanan.Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering glegekan, sering kembung, sering buang angin dan buang angin bau tajam. Sering nyeri perut. Pada penderita dewasa sering megalami gejala penyakit “maag”, dyspepsia atau Iritable Bowel Syndrome.
Penanganan
- Anak-anak yang berjalan jinjit kemungkinan besar mengalami masalah sensorik. Sehingga bisa dilakukan terapi sensoris meski terjadi pada anak normal.
- Intervensi dini merupakan kunci, baik untuk yang memang dicurigai autisme atau memang berjalan jinjit karena gangguan sensorik.
- Kebanyakan kondisi ini akan membaik sendiri selama masa kecil.
- Pengobatan penderita gangguan sensoris dengan disertai jalan jinjit jarang diperlukan untuk anak-anak yang berusia 6 tahun ke bawah. Penderita jalan jinjit disertai pemendekan tendon Achilles atau otot betis. Mungkin diperlukan operasi.
- Bila gangguaj sensoris disertai gangguan alergi saluran cerna sebaiknya dikonsultasikan pada dokter alergi atau ahli l;ainnya. Ternyata saat dilakukan pengendalian alergi gangguan sensoris yang tiimbil bisa berkurang.

Terapi Sensoris- Tidur telentang dan diam (tidak bergerak). Terapi ini bertujuan agar si kecil mampu merasakan (aware) keberadaan dirinya.
- Usapan meyeluruh dari kepala, bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, telapak kaki bertujuan untuk menenangkan,relaksasi otot-otot yang tegang.
-  Usapan di bagian kepala, termasuk amat, hidung, mulut, telinga. Bertujuan untuk relaksasi mengurangi sensitivitas pancaindra, dan meningkatkan awareness terhadap organ indra.
- Usapan berbentuk angka 8 di pinggang ke paha, juga dari dada ke lengan. Berfungsi sebagai brain gym pasif, salah satu bentuk stimulasi untuk melatih koordinasi gerak tubuh.
- Usapan di Tendon Guard (lipatan bahu, bawah rusuk, atas tulang panggul). Bertujuan untuk relaksasi tendon sekaligus mengencangkan otot-otot yang lembek.
-  Usapan di kaki. Bertujuan untuk melatih reflex babinski. Bagi yang refleksnya terlalu besar, dikurangi. Biasanya, ini dilakukan pada anak yang berjalan jinjit.
- Tidur miring, diusap sepanjang sisi abdomen. Bertujuan untuk mengenalkan reflex gallant (keseimbangan kanan dan kiri). Saat masa sekolah, ini bisa mengurangi resiko kesulitan belajar.
- Usapan di bahu (mobilisasi bahu) bertujuan agar pada anak-anak kebutuhan khusus, biasanya, bahunya selalu naik karena tegang (sikap defensif). Usapan berguna untuk merilekskan dan mengurangi sensitivitas bahu.